NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MULTIKULTURAL DALAM MASYARAKAT MUSLIM TENGGER

Authors

  • Imron Muhadi Kemenag Pasuruan

DOI:

https://doi.org/10.33474/multikultural.v3i2.4756

Abstract

Orang Tengger yang beragama Islam masih menganut kepercayaan ngelmu sebagai warisan leluhur mereka. Mereka masih mempercayai hitungan hitungan yang berkaitan dengan hari baik dan hari buruk untuk tujuan tujuan tertentu semisal pernikahan dan sebagainya. Banyak tokoh-tokoh masyarakat muslim Tengger mengatakan bahwa Tengger tidaklah dapat dipisahkan dengan tradisi serta adat istiadat yang diwariskan secara turun temurun, agama tidak lagi menjadi penghalang untuk melakukan kegiatan kegiatan upacara adat dan tradisi turun temurun yang diwariskan oleh nenek moyang orang Tengger. Justru dengan melestarikan upacara adat serta tradisi yang ada, masyarakat tengger dapat hidup rukun berdampingan secara damai. Ogoh-ogoh adalah upacara perayaan keagamaan umat Hindu sebelum merayakan hari raya Nyepi. Perayaan Nyepi ditandai dengan tidak adanya aktifitas kegiatan sehari hari dan bahkan lampu penerangan di daerah tersebut dipadamkan untuk beberapa saat (waktu).

Kata kunci: nilai-nilai, pendidikan agama Islam, multikulturalisme, tradisi, budaya lokal  


The Tengger people who are Muslim still adhere to the belief of ngelmu as their ancestral heritage. They still believe in counts relating to good days and bad days for certain purposes such as marriage and so on. Many Tengger Muslim community leaders said that Tengger cannot be separated from traditions and customs inherited from generation to generation, religion is no longer a barrier to carrying out traditional ceremonies and hereditary traditions inherited by the ancestors of the Tengger people. Therefore by preserving the traditional ceremonies and traditions that exist, the Tengger community can live in harmony side by side in peace. Ogoh-ogoh is a religious ceremony for Hindus before celebrating Nyepi. The Nyepi celebration was marked by the absence of daily activities and even the lights in the area were put out for a period of time.

Keywords: values, Islamic religious education, multiculturalism, tradition, local culture

References

Buku

Maslow, 2010, Motivation and Personality. Jakarta: Rajawali.

Muhaimin, 2008, Paradigma pendidikan Islam (upaya mengefektifkan pendidikan agama di sekolah). Bandung: Remaja Rosdakarya.

W. John Creswell, 2015. Penelitian Kualitatif dan Desain Riset: Memilih diantara Lima Pendekatan, Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Zuhairi Misrawi, 2010, Membumikan Toleransi al-Quran; Inklusivisme, Pluralisme dan Multikulturalisme, Jakarta: Moslem Moderate Society.

Jurnal

Robbayani, “Urgensi Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga.†Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-tajdid†vol. 1. No 1, 2012, 100.

Peraturan Perundang-undangan

Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006/ Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Downloads

Published

2019-08-20

Issue

Section

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL